Hukum

Edo Kondologit: Memangnya Dia Kabur Dengan Keadaan Tangan Diborgol Itu Bisa Ditembak? | Riau Terdepan


TERDEPAN.id, PAPUA – Ada perbedaan ketterangan antara Kepolisian dengan pihak keluarga Edo Kondologit terkait meninggalnya adik Ipar Edo, Riko yang diduga tewas dalam sel tahanan Mapolres Sorong, Papua.

Kemarahan Edo terpampang jelas dalam unggahan sebuah video yang viral di media sosial. Dalam video itu, Edo tampak murka sejadi-jadinya.

“Cukup sudah sandiwara di negeri ini, saya sudah sakit hati sekali ini, kita akan menuntut keadilan. Kita akan menuntut ke propam, polda, polsek semua,” teriak Edo dalam video, Minggu (30/8/2020).

“Riko ini adalah korban dari sistem ya ambrol,” lanjutnya.

Sementara itu dikutip dari detik.com, Kapolres Sorong Kota AKBP Ary Nyoto Setiawan menjelaskan soal kasus yang membuat Edo Kondologit murka. Ary mengatakan peristiwa itu bermula ketika polisi menerima laporan adanya seorang wanita paruh baya berinisial A (60) yang tewas di Pulau Doom, Papua Barat. A diperkosa, dibunuh, lalu ponselnya dicuri. Setelah diselidiki, tersangka mengarah ke Riko.

“Barang buktinya juga ada tuh TV, terus handphone (korban) lalu juga ada minuman keras yang didapatkan (di bawah kasur Riko),” ujar Ary ketika dihubungi detikcom, Minggu (30/8/2020).

Diketahui, rumah Riko dan A berdekatan. Usai diinterogasi, Riko mengakui perbuatannya. Pihak keluarga pun, kata Ary, menyetujui pemeriksaan terhadap Riko. Riko pun dibawa ke Polres Sorong.

Namun saat dilakukan pemeriksaan, Riko berusaha kabur dengan tangan terborgol dengan memecahkan kaca jendela kantor polisi.

“Yang bersangkutan (Riko) lari dari ruang pemeriksaan keluar nabrak kaca di kantor kita sampai kantor kita pecah kacanya. Kemudian kita tangkap lah (Riko),” kata Ary.

Lalu, Riko dibawa ke mobil polisi. Namun, Riko kembali melakukan perlawanan hingga kakinya ditembak.

Rico pun dibawa ke rumah sakit untuk dirawat sementara. Setelahnya, Riko dijebloskan ke dalam sel Polres Sorong. Di dalam sel itu lah, kata Ary, Riko mendapatkan penganiayaan.

“Di dalam tahanan ini dia dianiaya oleh tahanan lain. Kenapa dianiaya? karena memang (tersangka) kasusnya pemerkosaan, dia bunuh mama-mama, itu pasti dianiaya sama teman-temannya,” imbuh Ary.
Saat dicek, Riko sudah terkapar tak berdaya. Polisi langsung membawa Riko ke rumah sakit untuk yang kedua kalinya.

“Begitu di rumah sakit, meninggal, dilakukan visum. Memang yang menyebabkan meninggalnya itu luka-luka di kepala, di benturan kepala. Karena kita lihat rekaman CCTV nya dia dianiaya, dipukulin sama tahanan yang lain,” kata Ary.

Polda Papua Barat turut menyelidiki kasus ini. Polda Papua Barat menerjunkan Propam untuk mengecek aduan itu.

“Saya sudah turunkan tim dari Propam dan Dirkrimun untuk memeriksa secara komprehensif kasus itu. Kalau pun nanti kita temukan pelanggaran, karena ada versi berbeda yang saya dengar, kalau nanti ada pelanggaran maka kami akan tindak tegas petugas yang alpa dan lalai,” kata Kapolda Papua Barat, Irjen Tornagogo Sihombing.

Edo menanggapi statemen Kapolres Sorong yang menyebut Riko tewas dianiaya tahanan lain. Edo Kondologit meminta polisi untuk mengungkap fakta yang sebenarnya.

“Jangan omong kosong ya, sorry, jangan membohongi lagi, jangan memutar balikan fakta, kita butuh keadilan karena kita capek dengan manipulasi dan ketidakadilan,” ujar Edo.

Edo mempertanyakan adanya luka tembak pada betis Riko. Menurutnya, Riko ditembak dalam keadaan tangan di borgol dan masih berada dalam ruang lingkup Polres Sorong.

“Kalau begitu saya tanya, memangnya dia kabur dengan keadaan tangan diborgol itu bisa ditembak?” kata Edo.

“Bohong terus, bohong terus, bohong terus, enak saja mau cuci tangan, mau lari-lari dengan dalam keadaan tangan terborgol, kalian tembak, terus boleh gitu?” murka Edo.

Edo menambahkan pihak keluarga akan tetap menempuh jalur hukum. Ia berencana akan mengirim surat kepada Kapolri Jenderal Idham Azis.

“Kami selaku keluarga akan menempuh jalur resmi, dengan membuat surat resmi kita akan menyurati Kapolri untuk menyampaikan kan hal ini agar ditindaklanjuti dengan benar,” imbuh Edo.

Selain itu, ia bersama keluarganya berencana akan melakukan demonstrasi. Aksi tersebut akan dilakukan di depan Polres Sorong pada hari ini (31/8).

“Kita demo menuntut hak-hak kita di Polres Sorong,” lanjutnya.

Edo berharap kasus kematian iparnya tersebut segera terungkap. Ia meminta kepolisian untuk terbuka dan tidak menutup-nutupi kasus ini.

“Sudahlah kita stop sandiwara dan stop tipu-tipu,” tandasnya.

 

 

Sumber: detik.com





Source link

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

portal berita yang lahir dari semangat pentingnya ketersebaran informasi hingga ke pelosok nusantara.

Copyright © 2020 TERDEPAN.ID

Ke Atas