Hukum

Empat Karung Barang Bukti Disita dari Teroris di Jawa Timur – Haluan Riau | Riau Terdepan


TERDEPAN.id, SURABAYA-Tim 88 Detasemen Khusus Mabes Polri melakukan penangkapan terhadap teroris di Surabaya Jawa Timur, dimulai dengan inisial ZA (44) Jalan Tambak Deres Gang 2 di Desa Kenjeran, Surabaya, dan mengumpulkan sedikitnya empat kantong barang bukti dari kos-kosan yang ditempati terduga teroris.

Perwakilan RT setempat, Kasianto menyebut, ia didatangi sejumlah personel Polri dan diminta menjadi saksi, Senin (1/3). Penggeledahan dimulai pukul 19.00 WIB hingga 19.30 WIB kemarin.

“Kurang lebih 30 menit, pukul 7 sampai setengah 8, mulai sebelum Salat Isya,” kata Kasianto, Selasa (2/3).

Dengan mata kepalanya, Kasianto mengaku melihat Densus 88 mengumpulkan barang bukti di rumah kos terduga.

“Kurang lebih 30-an senjata tajam. Ada kapak, ada hammer, ada parang, pedang juga ada,” kata Kasianto, Selasa (2/3).

Selain senjata tajam, Kasianto juga melihat Densus 88 menyita barang elektronik milik terduga berupa ponsel dan laptop. Ada pula buku yang diduga berisi tentang terorisme serta buku tabungan.

“Ada handphone dua, laptop dua, sama semacam buku-buku [terorisme]. Rekening tabungan ada,” ujarnya.

Sederet barang bukti itu diperlihatkan terlebih dulu oleh Densus 88 dihadapannya dan RW setempat. Setelahnya, barang-barang itu dimasukkan ke dalam empat karung.

“Sebelum dibawa itu, dibeber dulu, disaksikan saya, mewakili RT juga Pak RW. Sebelum dimasukkan ke karung. Kemarin itu empat karung,” ucapnya.

Lebih lanjut, Kasianto menyebut di rumah kos yang ditempati terduga itu, terdapat dua penghuni. Yang pertama yakni ZA sendiri dan istrinya, SA (55).

Saat digeledah ia menyebut ZA tak berada di rumah kos itu. Menurutnya terduga sudah diamankan di tempat yang lain, namun Kasianto tak mengetahui di mana lokasi ia ditangkap.

“Kerjanya di Tanjungsari, kalau diamankan di mana kami enggak tahu,” ujarnya.

Sehari-harinya, ZA dan istri disebut sebagai keluarga yang tertutup dan jarang bersosialisasi. Mereka juga pernah bermasalah dengan warga sekitar karena kerap menggelar pengajian di malam hari.

“Tidak seperti pengajian yang kami tahu, kesannya kayak janggal, jadi masyarakat enggak menyukai,” ujar dia.

 

 

Sumber: cnnindonesia/eka





Source link

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

portal berita yang lahir dari semangat pentingnya ketersebaran informasi hingga ke pelosok nusantara.

Copyright © 2020 TERDEPAN.ID

Ke Atas